Jumat, 09 September 2011

study kasus PEB

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15%penyulit dalam kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbinitas ibu bersalin.Di Indonesia mortalitas dalam kehamilan masih cukup tinggi.Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, jiga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medic dan system rujukan yang belum sempurna.Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang  pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik di pusat maupun di daerah1.
Penyakit yang khas untuk kehamilan merupakan penyakit hipertensi yang akut pada wanita hamil dan wanita dalam nifas.Pada tingkat tanpa kejang disebut preeklamsi dan pada tingkat dengan kejang di sebut eklamsi2.
Angka kejadian preeklamsi dan eklamsi yang dilaporkan di kepustakaan luar negeri berkisar antara 5-8%,sedangkan diindonesia antara 3,4% - 8,7%. Di 13 rumah sakit di Jawa Barat terdapat 7,4% kasus preeklamsi dan 1,6% kasus eklamsi pada tahun 2007-20083.
Di kabupaten garut pada tahun 2008 eklamsi menyumbangkan angka kematian tertinggi, yaitu 15 kasus kematian pada ibu, kejadian ini sama dengan kasus perdarahan, 4 kasus kematian disebabakan oleh infeksi, dan 11 kasus disebabkan oleh lain-lain.
Angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2007 diindonesia mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup, sedikit menurun jika dibandingkan AKB tahun 2002/2003 yang sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu rendah jika angka kematian bayi (AKB) kurang dari 20 per 1000 kelahiran hidup, sedang 20-49 per 1000 kelahiran hidup, tinggi 50-99 per 1000 kelahiran hidup, dan sangat tinggi jika AKB diatas 100 per 1000 kelahiran hidup4.
Sampai saat ini preeklamsi-eklamsi merupakan penyebab kematian ibu dan perinatal tertinggi, sehingga sangat diperlukan deteksi dini untuk menegakan diagnose preelkamsi-eklamsi agar dapat menetapkan upaya promotif dan preventif. Sebagian Bidan di Desa yang merupakan ujung tombak didaerah memegang peranan penting untuk meningkatkan pelayanan yang menyeluruh dan bermutu pada masyarakat sehingga dapat mencegah kejadian preeklamsi dan eklamsi dengan deteksi dini pada pemeriksaan yang teratur7.
1.2.TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah SUDI KASUS
2.      Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu
3.      Untuk mengetahui pertolongan yang dapat di berikan pada ibu bersalin dengan preeklamsi berat.
1.3.TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Mampu melaksanakan pengakajian dan menganalisa data subjektif pada Ny. D G1P0A0 gravida 35-36 Minggu dengan PEB di Ruang VK RSUD dr.Slamet Garut.
2.      Mampu melaksanakan pengakajian dan menganalisa data objektif  pada Ny. D G1P0A0 gravida 35-36 Minggu dengan PEB di Ruang VK RSUD dr.Slamet Garut.
3.      Mampu menganalisis hasil analisa pada Ny. D G1P0A0 gravida 35-36 Minggu dengan PEB di Ruang VK RSUD dr.Slamet Garut.
4.      Mampu melaksanakan dan menganalisi hasil penatalaksanaan pada Ny. D G1P0A0 gravida 35-36 Minggu dengan PEB di Ruang VK RSUD dr.Slamet Garut.

1.4.MANFAAT LAPORAN KASUS
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1.      Mengetahui tentang cara penanganan preeklamsi berat di rumah sakit
2.      Mampu mempresentasikan tentang preeklamsi berat
3.      Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam melakukan penelitian kausunya dengan preeklamsi dan eklamsi.

1.5.SISTMATIKA PENULISAN
I.                   Jilid/Cover
II.                Kata Pengantar
III.             Daftar Isi
IV.             Bab I Pendahuluan
V.                Bab II Tinjauan Teori
VI.             Bab III Tinjaun Kasus
VII.          Bab IV Pembahasan
VIII.       Bab V Kesimpulan dan Saran
IX.             Daftar Pustaka
























BAB II
TINJAUAN TEORI
PREEKLAMSI DAN EKLAMSI
2.1. Pengertian
Penyakit hipertensi yang khas untuk kehamilan merupakan penyakit hipertensi yang akut pada wanita hamil dan wanita dalam nifas.Pada tingkat tanpa kejang disebut preeklamsi dan pada tingkat dengan kejang disebut eklamsi. Preeklamsi memperlihatkan gejala hipertensi, oedema dan proteinuria, kadang- kadang hanya hipertensi dengan proteinuria atau hipertensi dengan oedema2.
Eklamsi sama gejala- gejalanya dengan preeklamsi ditambah dengan kejang dan atau coma. Jadi preeklamsi dan eklamsi merupakan satu penyakit hanya tingkatnya yang berlainan. Pada umumnya preeklamsi dan eklamsi baru timbul sesudah minggu ke-20 dan makin tua kehamilan makin besar kemungkinan timbulnya penyakit tersebut. Pada mola hydatidosa penyakit ini dapat menjelma sebelum minggu ke-203.
Setelah bersalin gejala- gejalanya berlangsung hilang sendiri. Untuk diagnose preeklamsi, pada wanita yang hamil 20 minggu atau lebih harus diketemukan hipertensi dengan proteinuria dan oedema atau sekurang- kurangnya hipertensi dan proteinuria1.
1.      Tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih atau kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa.Tekanan diastolis 90 mmHg atau lebih atau tekanan 15 mmHg atau tekanan yang biasa. Tekanan darah yang meninggi ini sekurangnya di ukur 2 kali dengan antara 6 jam.
2.      Proteinuria ialah protein lebih dari 0,3g/l dalam urine 24 jam atau lebih dari 1 g/l pada urine yang sembarang.Urine yang diambil untuk pemeriksaan harus urine yang bersih atau urine yang diperoleh dengan  penyadapan. Proteinnuria ini harus ada pada 2 hari berturut-turut atau lebih.
3.      Oedema yang tetap pada jari tangan dan mata.

Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas 35 tahun. Faktor resiko yang lain adalah :
a)      Riwayat tekanan darah tinggi yang khronis sebelum kehamilan.
b)      Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya.
c)      Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
d)     Kegemukan.
e)      Mengandung lebih dari satu orang bayi.
f)       Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis1.
Gejala preeklampsia yang patut di waspadai. Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan darah tinggi, gejala preeklampsia yang patut diwaspadai adalah:
1.      Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan dalamtubuh
2.      Nyeri perut
3.      Sakit kepala yang berat.
4.      Perubahan pada refleks.
5.      Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali.
6.      Ada darah pada air kencing.
7.      Pusing.
8.      Mual dan muntah yang berlebihan4.
Preeklamsi disebut berat kalau :
1.      Tekanan darah sistolis 160 atau lebih diastole 110 atau lebih, diukur 2 kali dengan antara sekurangnya 6 jam dan pasien dalam istirahat rebah.
2.      Protein nuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam
3.      Oliguria 400cc atau kurang 24 jam
4.      Gangguan cerebral atau gangguan penglihatan
5.      Oedema paru-paru atau cyanosis

2.2. Klasifikasi
2.2.1        Preeklamsi
            Preeklamsi diketahui dengan timbulnya hipertensi, proteinnuria dan oedema pada seorang gravid yang tadinya normal. Penyakit ini timbul sesudah minggu ke-20 dan paling sering terjadi pada primigavida yang mida. Kalau tidak di obati atau tidak terputus oleh persalinan dapat menjadi eklamsi1.
            Preeklamsi adalah penyakit primigavida dan kalau timbul pada seseorang multigravida biasanya ada factor predisposisi seperti hipertensi, diabetes atau kehamilan ganda.
1.    Gejala- gejala :
a.       Hipertensi :gejala yang paling dulu timbul ialah hipertensi yang terjadi, sebagai batasan diambil tekanan darah 140 mmHg sistolok dan 90 mmHg diastolis tapi juga kenaikan sistolis 30 mmHg atau diastolis 15 mmHg di atas kenaikan yang biasa merupakan pertanda.
Tekanan darah dapat mencapai 180 mmHg sistolis dan 110mmHg diastolis tapi jarang mencapau 200 mmHg. Jadi tekanan darah melebihi 200 mmHg maka sebabnya biasanya hipertensi essensialis.
b.      Oedema    :timbulnya oedema di dahului oleh tambahan berat badan yang berlebihan. Pemanbahan berat ½ kg pada seorang yang hamil dianggap normal, tapi kalau mencapai 1 kg seminggu atau 3 kg dalam sebuah preeklamsi harus dicurigai.
Tambaha berat badan ini disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian baru oedema dampak. Oedema ini tidak hilang dengan istirahat
c.       Proteinuria            :proteinnuria sering diketemukan pada preeklamsi, rupa-rupanya karena vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal. Proteinnuria biasanya timbul lebih rambat dan hipertensi dan berat badan.
d.      Gejala- gejala supjektip    :perlu ditentukan bahwa hipertensi, tambah berat badan dan proteinuria yang merupakan gejala yang terpenting dari preeklamsi tidak diketahui oleh penderita. Karena itu prenatal care sangat penting untuk diagnose dan terapi preeklamsi dengan cepat.Baru pada preeklamsi yang sudah lanjut timbul gejala-grjala subjektip yang membawa pasien ke dokter1.
2.    Gejala subjektip itu ialah:
a.       Sakit kepala yang hebat karena vasospasmus atau oedema otak.
b.      Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorrhagia atau oedema, atau sakit karena perubahan pada lambung
c.       Gangguan penglihatan
Penglihatan menjadi kabur malahan kadang-kadang pasien buta.Gangguan ini disebabkan vasospasmus, oedema atau ablatioretinae. Perubahan-perubahan ini dapat dilihat dengan ophatamoskop1.

2.2.1.1.Preeklamsia Ringan
Preeklamsi ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang mengakibatkan terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivisi endorel3.
Diagnosis
Diagnosis preeklamsi ringan ditegakan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan oedema setelah kehamilan 20 minggu.
1.      Hipertensi: sistolik/diastolic ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan diastolic ≥ 15 mmHg
2.      Proteinuria: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ +dipstick
3.      Oedema :edema local tidak dimasukan dalam kreteria preeklamsi, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, dan edema genetalis.
Menejemen umum preeklamsi ringan
Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu dipertanyakan, bagaimana :
1)      Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan, atau terapi medikamentosa
2)      Sikap terhadap kehamilannya : berarti mau dianggap kehamilan ini
a.       Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm ?
Disebut perawatan kehamilai “konservatif” atau “ekspektatif”
b.      Apakah kehamilan akan diakhiri (determinasi) ?
Disebut perawatan kehamilan “aktif” atau agresif”1.
Tujuan utama perawatan preeklamsi
Mencegah kejang, perdarahan intracranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat1.
Rawat jalan (ambulatoir)
Ibu hamil dengan preeklamsi ringan dapat dirawat secara jalan. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring/ tidur miring), tetapi tidak harus mutlak selalu tirah baring.Pada umur kehamilan diatas 20 minggu, tirah baring dengan posisi miring menghilangkan tekanan rahim pada v. kava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan fitrasi glomeruli dan meningkatkan dieresis. Diuresis dengan sendirinya meningkatkan ekresi natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskuler, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah oksigenasi plasenta, dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim.
Pada preeklamsi tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang fungsi ginjal masih bagus, sehingga.tidak perlu restriksi garam.Diet yang mengandung 2g Na atau 4-6 NaCl (garam dapur) adalah cukup, kehamilan sendiri lebih banyak mengandung garam lewat ginjal, tetapi pertumbuhan janin justru memerlukan lebih banyak konsumsi garam. Bila konsumsi garam hendak dibatasi, hendaknya diimbangi dengan konsumsi cairan yang banyak, berupa susu atau air buah.Diet diberikan obat-obatan diuretic, antihipertensi, dansedatif. Dilakukan pemeriksaan laboratorium Hb, hematokrit, fungsi hati, urin lengkap, dan fungsi ginjal.
Rawat inap (dirawat dirumah sakit)
Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklamsi ringan perlu dirawat di rumah sakit. Kriteria preeklamsi ringan dirawat dirumah sakit, ialah:
a)      Bila tidak ada  perbaikan :tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu
b)      Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklamsi berat. Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan Dopler khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion. Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi dengan bagian mata, jantung, dan lain-lain.
Perawatan obstetric yaitu sikap terhadap kehamilannya
Menurut Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 minggu sampai ≤ 37 minggu. Pada kehamilan preterm (> 37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila perlu memperpendek kala II.
2.2.1.2.Preeklamsi Berat
Preeklamsi berat ialah preeklamsi dengantekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekana darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5g/24 jam5.
Diagnostic
Diagnosis ditegakan berdasarkan criteria preeklamsi berat sebagaimana tercantum di bawah ini.Preeklamsia digolongkan preeklamsi berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:
1.      Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan  diastolic ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah di rawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring
2.      Protein lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
3.      Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
4.      Kenaikan kadar kreatinin plasma
5.      Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.
6.      Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson)
7.      Edema paru-paru dan sianosis
8.      Heamolisis mikroangiopatik
9.      Thrombositopenia berat: <100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat
10.  Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase
11.  Pertumbuhan janin intrauterine yang terlambat
12.  Sindom HELLP
Penanganan preeklamsi berat
Preeklamsi berat dibagi menjadi
a)      Preeklamsi berat tanpa impebding eclamsia,dan
b)      Preeklamsi berat dengan impending eclamsi
Di sebut impending eclamsi bila preeklamsi berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progrsif tekanan darah.
Monitoring selama di rumah sakit
Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visual, nyeri epigastrium, dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu, perlu dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinurina, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NTS1.
Manajemen umum perawatan preeklamsi berat
Perawatan preeklamsi berat sama halnya dengan perawatan preeklamsi ringan, dibagi menjadi dua unsur :
a.       Sikap terhadap penyakit, yaitu pemberian obat-obatan atau terapi medisinalis
b.      Sikap terhadap kehamilannya ialah:
Aktif : manajemen agresif, kehamilan diakhiri (terminasi) setiap saat bila keadaan homodinamika sudah stabil.
Sikap terhadap penyakit : pengobatan medikamentosa
       I.            Penderita preeklamsi berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan titrah baring miring ke satu sisi (kiri).
Perawatan yang pentinng pada preeklamsi berat ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklamsi berat ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklamsi dan eklamsi mempunyai resiko tinggi untu terjadi edema paru dan oliguri. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi factor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan oliguri ialah hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradient tekanan onkotik koloid/ pulmonary capillary wedge pressure.
Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output cairan (melalui urine) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukan dan dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan segera dilakukan koreksi. Cairan yang diberikan dapat berupa (a)5% Ringer-dekstrose atau cairan garam faali jumalah tetesas :<125 cc/jam atau (b) Infus Dekstrose 5% yang tiap satu liternya diselingi dengan infuse Ringer laktat (60-125 cc/jam) 500 cc.
Dipasang foley catbeter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila produksi urin < 30cc/jam dala 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam. Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindari resiko aspirasi asam lambung yang sangat asam . Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam.
    II.            Pemberian obat anti kejang
-          Obat antikejang adalah :
1.      mgSO4
2.      contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang :
a.       Diazepam
b.      Fenitoin
Difenihi dan toin obat anti kejang untuk evlepsi telah banyak dicopa pada penderita eklamsi . Beberapa peneliti telah memakai bermacam –macam regimen. Fenitin sodium mempunyai khasiat stabilisasi membrane neuron, cepat masuk jaringan otak dan efek anti kejang terjadi setelah 3 menit setelah injeksi intravena. Fenitoin sodium diberikan dalam 15mg/kg berat badan dengan pemberian intravena 50 mg/ menit. Hasilnya tidak lebih baik dari MgSO4. Pengalaman pemakaian fenitoin dibeberapa senter di Dunia masih sedikit.
Pemberian MgSO4 sebagai antikejang lebih efektif dibanding fenitoin, berdasarka Cocrane Review terhadap enam uji klinik, yang melibatkan 897 penderita eklamsi.Obat anti kejang yang banyak dipakai di Indonesia adalah magnesium sulfat (MgSO47H2O).
Sikap terhadap kehamilannya
Penelitian Duley, berdasarkan Cochrane Review, terhadap uji klinik, terdiri dari atas 133 ibu dengan preeklamsia berat hamil preterm menyimpulkan bahwa belum ada cukup data untuk memperi rekomendasi tentang sikap terhadap kehamilannya pada kehamilan pertama.Berdasar Wiliam Obstetrik , ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat selama perawatan; maka sikap terkahap kehamilannya dibagi menjadi :
1.      Aktif (agresife menejemen)bagi: berarti kehamilan segera di akhiri –determinasi bersamaan dengan pemberian pengobatan mendika mentosa.
Indikasi perawatan aktif ialah bila didapatka satu/ lebih keadaan dibawah ini :
a.       Ibu
1.      Umur kehamilan ≥ 37 minggu. Lockood dan Paidas pengambilan batasan kehamilan ≥ 37 minggu untuk preeeklamsia ringan dan batasan umur kehamilan ≥ 37 minggu untuk preeklamsia berat.
2.      Adanya tanda-tanda atau gejala-gejala impending eclamsia
3.      Kegagalan terapi dalam perawatan konserpatif, yaitu:
Keadaan klinik dan laboratotik memburuk.
4.      Diduga terjadi solusitio plasenta
5.      Timbul onset persalinan , ketuban ,atau perdarahan.
b.      Janin
§  Adanya tanda-tanda fetal distress
§  Adanya tanda-tanda Intrauterine Growh Restictriun (IUGR)
§  Tejadinya olygohibdtramnion
c.       Laboratorik
§  Adanya tanda-tanda “sidroma HELLP”khususnya menurunnya trombosit dengan cepat.
2.      Koserpatif (ekspetatif):berarti kehamilan tetap di pertahankan bersama dengan pemberian pengobatan medika mentosa.
a.       Penyulit ibu
1.      System saraf pusat
Perdarahan intracranial, thrombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati, edema serebri, edema retina, macular atu retina detachement dan kebutaan krteks.
2.      Gastrointestinal-hepatik: subkapular hematoma hepar, rupture kapsul hepar
3.      Ginjal : gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut
b.      Penyulit janin
Penyulit janin yang dapat terjadi pada janin ialah intrauterine fetal growth restriction, solusio plasenta, prematuritas, sindroma disters napas, kematian janin intrauterine, kematian neonatal perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis, sepsis, cerebral palsy.

2.2.2        Eklamsi
Gambaran klinik
            Eklamsia merupakan kasus akut pada penderita preeklamsi, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeklamsi timbul pada ante,intra,dan post partum. Eklamsi postpartum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. Pada penderita eklamsi yang akan kejang, umumnya member gejala-gejala atau tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang. Preeklamsi yang disertai dengan tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclamsia atau imminent eclamsia6.
Tanda Gejala Eklamsi
1.      Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan  diastolic ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah di rawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring
2.      Protein lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
3.      Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
4.      Kenaikan kadar kreatinin plasma
5.      Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.
6.      Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson)
7.      Edema paru-paru dan sianosis
8.      Heamolisis mikroangiopatik
9.      Thrombositopenia berat: <100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat
10.  Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase
11.  Pertumbuhan janin intrauterine yang terlambat
12.  Sindom HELLP
13.  Kejang1

Perawatan Eklamsi
Perawatan dasar eklamsi yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang harus selalu diingat Airway,Breathing,Circulation (ABC), mengatasi dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah,khususnya pada waktu krisis hipertensi,melahirkan janin pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat1.
Perawatan medikamentosa dan supportif eklamsi merupakan perawatan yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eklamsi ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat1.
2.3. Etiologi
            Penyebab preeklamsi belum diketahui tapi pada penderita yang meningal karena eklamsi terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat, tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan koagulasi intravaskuler. Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan  berbagai gejala yang menyertai eklamsi2.
Vasospasmus menyebabkan:
1.      Hipertensi
2.      Pada otak : sakit kepala kejang
3.      Pada plasenta : solution plasenta , kematianjanin
4.      Pada ginjal : oliguri, insuffisiensi
5.      Pada hati : ikterus
6.      Pada retina : amourose2

2.4.Patofisiologi Preeklamsi

Zweifel (1992) ,mengemukakan bahwa gejala hipertensi dalam kehamilan tidak dapat diterangkan dengan satu factor atau  teori, tetapi merupakan multi factor yang menggambarkan berbagai manifestasi klinik yang kompleks, oleh Zweifel disebut The Disease of  Teory.
Pada pre-eklamsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasmus yang hebta dari arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola  yang sedimikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik  sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan ferifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin disebabkan oleh retensi air dan garam. Protein urin mungkin disebabkan oleh spasmus arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus1.

Perubahan Pada Organ-Organ
a)      Perubahan Pada Otak
Pada preeklamsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklamsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
b)      Perubahan Pada Rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dank arena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklamsi dan eklamsi sering terjadi bahwa tonus otot rahim dan kepekaan terhadap rangsangan meningkat maka terjadilah partus prematurus.
c)      Perubahan Pada Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini menyebabkan  filtrasi natrium glomerulus menurut, sebagai akibatnya terjadilah retensi garan dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapar terjadi oliguria dan anuria.
d)     Perubahan Pada Paru-paru
Kematian wanita pada preeklamsi dan eklamsi biasanya disebabkan oleh eodema paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis. Bisa pula karna terjadinya aspires pneumonia. Kadang-kadang ditemukan abses paru.
e)      Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah. Bila ini dijumpai adalah sebagai tanda preeklamsi berat. Pada eklamsi dapat terjadi ablasio retinae, disebabkan edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat yang merupakan salah satu indikasi unutuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang dapat menunjukan tanda atau arah dari preeklamsi berat akan terjadi eklamsi adalah adanya : skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau dalam retina.
f)       Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada preeklamsi berat dan pada eklamsi : kadar gula darah naik sementara asam laktat dan asam organic lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk bikarbonas natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat kembali pulih normal. 













BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN  PADA IBU BERSALIN NY.D G1P0A0 HAMIL 34-35 MINGGU DENGAN PREEKLAMSI BERAT DAN ANEMI
DI RSU dr.SLAMET GARUT

Tanggal           : 30-04-2011
Jam masuk       : 08.10
NO R.M          :01-39-67-75  
Pengkaji          : bidan dan dokter
DATA SUBJEKTIF
1.      Biodata
Nama   : Ny.d
Nama suami : Yayan
Umur     : 25 tahun
Umur             : 27 tahun
Agama   : Islam
Agama           : Islam
Suku        : Sunda
Suku               : Sunda
Pendidikan Terakhir: SMA
Pendidikan terakhir: SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Pekerjaan      : wiraswasta
Alamat    : kp.Wedalsari rt/rw 03/03
               Ds.Sukagalih Kec.Cibatu
Alamat           : kp.Wedalsari Rt/Rw 03/03
                      Ds. Sukagalih kec.Cibatu

2.      Keluhan utama
Ibu mengatakan merasa hamil 9 bulan jalan , mengeluh mules-mules sejak tadi subuh disertai keluar lendir dan keluar air-air, pergerakan janin masih dirasakan ibu sebelumnya.ibu tidak mempunyai riwayat darah tinggi dan bengkak-bengkak sudah 1 bulan.

3.      Riwayat kehamilan
a.       Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama,dan ibu tidak pernah keguguran.Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir ibu pada tanggal  27 Agustus 2010.
b.      Keluhan selama kehamilan      :
Bengkak-bengkak pada daerah ekstremitas bawah
c.       Antenatal care :
Ibu mengatakan sudah melakukan pemeriksaan kehamilan rutin sebanyak 9 kali di tempat praktik bidan swasta. Tetapi ibu tidak mendapatkan konseling tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

4.      Riwayat Menstruasi
a.       Menarce :13 tahun
b.      Siklus  : 28 hari
c.       Lamanya : 7 hari
d.      Banyaknya : 2 kali ganti pembalut perhari
e.       Disminore : ibu mengatakan setiap ibu akan haid disertai dengan nyeri

5.      Riwayat kesehatan penyakit yang diderita sekarang atau dulu
a.       Riwayat penyakit ibu
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit seperti jantung, hipertensi, diabetes, malaria, penyakit kelamin HIV/AIDS, penyakit ginjal, penyakit asma.
6.      Riwayat Sosial Ekonomi
a.       Riwayat pernikahan
Ibu mengaku ini merupakan pernikahan yang pertama bagi ibu dan suami. Pernikahan ini sudah berjalan 4 tahun. Usia  ibu pertama kali menikah usia 21 tahun, dan usia suami saat menikah 23 tahun.


7.      Riwayat penggunaan alat kontrasepsi (KB)
Ibu mengaku pernah menggunakan kb suntik 3 bulan akseptor kb 2008 sampai 2009

8.      Pola kebiasaan dan kegiatan sehari-hari
a.       Pola kebiasaan hidup sehat
Ibu mengatakan ibu tidak pernah merokok,mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan minum-minuman keras selama kehamilan.

DATA OBJEKTIF

1.      Keadaan umum                 :baik
Kesadara                     :compos mentis
Keadaan emosianal     :stabil
2.      Tanda –tanda vital
TD :150/110mmHg                                   R:24x/mnt
S:36,5˚c                                                     N:80x/mnt
3.      Pemeriksaan Fisik
1.       kepala             :bersih tidak ada ketombe,rambut tidak berminyak dan tidak rontok
§  Mata                : konjungtiva ca -/-, sclera putih -/-
2.      Leher                           : kelenjar thyroid (-) dan kelenjar getah bening  (-).
3.      Dada               : bunyi jantung reguler
4.      Abdomen        :  cembung lembut, pembesaran uterus (+), tidak terdapat luka bekas operasi, tidak terdapat linea nigra, dan terdapat striae gravidarum.
TFU                 : 42 cm
LP                   : 113 cm
Leopold I        :
Leopold II       : Pada bagian kanan ibu terdapat keras panjang seperti papan (punggung), dan pada bagian kiri ibu teraba keras, panjang seperti papan (punggung)/puka puki.
Leopold III     : pada bagian bawah teraba lunak, kurang melenting (bokong), tidak bisa digerakan
Leopold IV     : bagian terendah janin sudah masuk PAP, difergent 3/5
DJJ                  : bayi 1 : 132x/menit
                          Bayi 2 : 138x/menit

LA                   : Bayi 1 : sungsang                 
  Bayi 2 : persentasi kepala

His                   :3-4x dalam  10’ lamanya 40’’

5.      Ekstremitas     :  atas oedema  (-)
   Bawah oedema (+)    
                       
6.      Anogenital      :
§  Pengeluaran pervaginam keluar lendir bercampur darah.
§  Perenium tidak terdapat luka bekas hacting.
§  v/v       : tidak ada kelainan.
§  Anus    : tidak ada kelainan
§  Porcio  : teraba tebal, lunak
§  Pembukaan: 7-8 cm
§  Ketuban : utuh
§  Penurunan  : 3/5

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
§   Hb                                  : 11,3 gram%
§    Trombosit                    : 247.000/mm3,Hematokrit      :35,7
§    Berat jenis urine          : 1.025
§    Ph urine                       : 5.0
§    Protein urine                :POS (+++)
§    Glukosa urine              :negative
§    Keton urine                 :negative
§    Urobilinogen urine      :negative
§    Bilirubin urine             :POS(++)


ANALISA
G1P0A0 parturient  34-35 minggu kala 1fase aktif dengan preeklamsi berat  ,janin gemeli hidup intrauterine.

KALA II
Jam : 09.40 WIB
Subjektif
Ibu ingin mengedan kuat, mules semakin kuat, kontraksi sering
Objektif
Keadaan umum           : baik
Kesadaran                   : compos mentis
TTV                 : TD : 140/90mmHg
                         Nadi : 80x/menit
                         Respirasi : 24x/menit
                         Suhu : 36,5 °c
                         DJJ : bayi I     : 132x/menit
                                    Bayi 2  :140x/menit
Pemeriksaan obstetrik :
                        v/v : t. a. k
 bayi 1 : bokong dan kaki
bayi 2 : letak kepala
                        portio : lunak, tidak teraba
                        pembukaan : 10 cm
                        penurunan : 0/5
                        ketuban : pecah spontan
                        DJJ : bayi 1:132x/menit
                        DJJ bayi 2:138x/menit
ANALISA
G1P0A0 parturien 34-35 minggu kala 2 dengan preeklamsi berat, janin gemeli hidup intra uterin.


PENATALAKSANAAN
1.      Mengenali tanda dan gejala kala II
2.      Mengecek perlengkapan diri dan cuci tangan
3.      Mempersiapkan alat untuk pertolongan persalinan
4.      Memakai alat perlindungan diri
Jam 9.40:ibu ingin menngedan his 5xdalam 10’ lamanya lebih dari 40 detik ,DJJ bayi 1:132x/menit;bayi 2:139x/menit,pembukaan sudah lengkap dan ketuban sudah pecah, dan dilakukan episiotomy mediolateral   hasilnya  ibu dapat dipinpin mengedan
Jam 9.45: bayi satu lahir secara spontan ,bokong kaki,muka dibersihkan , lendir di hisap, tali pusat di klem di potong selanjutnya di resusitasi dan hasinya bayi meninggal   (+)  
Jenis kelamin   : ♂
BB                   : 1600 kg                     Anus    : ada
PB                   : 42 cm                                   
His kuatdalam 10 menit 5x lamanya lebih dari 40 detik  ,DJJ:142x/menit, PD:v/v t.a.k.Ø lengkap ketuban belum pecah dan dilakukan amniotomi, ibu dipinpin mengedan, dan   ibu dapat di pinpin meneran
Jam 09.50        : bayi ke-2 lahir spontan tidak segera menangis muka dibersihkan lender di hisap tali pusat diklem dipotong, dilakukan resusitasi patologi.
Jenis kelamin   : ♂
BB                   : 1850 gram
Panjang badan : 44 cm
Anus                : terdapat lubang , dan tidak ada keluhan
Jam 09.55        : plasenta lahir spotan berat ± 700 gram dilakukan eklporasi, teraba kasar, uterus bersih.
K/U                 : post partum TFU 2 jari dibawah pusa, perdarahan 100 cc, dan perenium dihekting derajat 2
Diagnosa         : P2A0 partus prematurus anak 1 spontan complete breech dan still birth dan anak kedua spontan .


Terapi :MgSO4  20% 10 gram
 asam penamat tablet 10 3x sm/1x
             Amoksan 10 3x sm/1x
             M .sf  db 10 1x sm/1x


















BAB IV
PEMBAHASAN
            Dalam pembahasan ini, penulis akan membandingkan antara hal-hal yang terdapat dalam teori dan asuhan yang telah diberikan kepada pasien Ny.D dengan kasus preeklamsi berat. Selain itu penulis menelaah tentang hal- hal yang dapat memperkuat diagnosa serta tindakan yang dilakukan dengan baik . Kemudian, penulis membuat dokumentasi dengan menggunakan metoda SOAP dari data sekunder yang telah ada. Adapun hal – hal yang penyusun temukan selama melakukan pengkajian terhadap data sekunder mengenai asuhan dengan preeklamsi berat adalah sebagai berikut :
A.    Data subjektif
1.      Biodata
Pada kasus ini biodata sudah lengkap, karena pada buku Obstetri Fisiologis “nama, umur, pekerjaan, nama suami, agama dan alamat, maksud pertanyaan ini adalah: untuk mengidentifikasi (mengenal) penderita dan menentuka status social ekonomi yang harus kita ketahui; misalkan untuk menentukan anjuran apa atau pengobatan apa yang akan diberikan. Umur penting ditanyakan, karena ikut menentukan prognosa kehamilan. Kalau umur terlalu lanjut atau terlalu muda maka persalinan lebih banyak beresiko”.
Umur penting ditanyakan  karena merupakan faktor predisposisi terjadinya (PE). Pada pre eklampsi berat dapat terjadi pada umur <20 tahun atau  >35 tahun. (pada kasus ini tidak ada hubunganya antara kasus dengan teori karena pada kasus pasien berumur 25 tahun)
2.      Keluhan utama
Pada buku Obstetri Fisiologis “keluhan utama merupakan pengaduan yang penting yang dirasakan oleh paisen. Pada kasus ini pasien mengeluh sudah satu bulan pasien mengalami bengkak – bengkak pada daerah ekstremitas dan tekanan darahnya naik”. Dan menurut buku Ilmu Kebidanan pada preeklamsi berat terdapat pembengkakan pada daerah ekstremitas dan peningkatan tekanan darah.(sesuai dengan teori)


3.      Riwayat kehamilan sekarang
Adalah untuk  mengetahui tentang HPHT,tanda bahaya,konsumsi obat, dan antenatal care.
§  Menurut dr. Boyke Dian Nugraha, Sp.OG, MARS,.(HPHT) kehamilan biasanya dihitung dengan satuan minggu, yang dimulai dari hari pertama haid terakhir. Karena ovulasi umumnya terjadi setelah dua minggu sejak haid pertama dan pembuahan terjadi segera setelah ovulasi, maka usia embrio secara kasar duaminggu lebih muda dari usia kehamilan sebenamya. Dengan kata lain, wanita yang dinyatakan hamil empat minggu, usia embrionya adalah dua minggu. Jika haidnya tidak teratur, perbedaan usiakehamilan sebenamya bisa lebih dari dua minggu. Untuk memudahkan, jika seorang wanita terlambat haid dua minggu, maka usia kehamilannya oleh dokter akan ditulis enam minggu. Pada kasus ibu mengatakan haid pertama haid terakhirnya adalah pada tanggal 27 Agustus 2010 dengan begitu dengan menggunakan rumus Naegle dalam buku Obstetri fisiologis taksiran persalinan ibu yaitu tanggal 04-06-2011 (tidak sesuai dengan teori). Dan umur kehamilan seharusnya 35-36 minggu.
§  Tanda bahaya
Dari data yang didapat tidak ditanyakan tanda bahaya pada ibu padahal didalam buku KIA disebutkan bahwa seorang ibu hamil harus mengetahui tentang tanda bahaya pada saat hamil karena untuk mengetahui sedini mungkin komplikasi yang akan terjadi. Karena pada kasus ini ibu mengalami tanda bahaya yaitu pembengkakan pada daerah ekstremitas dan mengalami hipertensi.
§  Antenatalcare
Dari data yang didapat sudah baik karena pasien melakukan pemeriksaan antenatalcare sudah 9 kali.
Kebijaksaan Program menurut WHO
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
yaitu :
1 kali pada trimester I,1 kali pada trimester II.2 kali pada trimester III
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
Kunjungan ANC yang baik adalah :
- setiap bulan sampai umur kehamilan 28 minggu
- setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu
- setiap 1 minggu sejak kehamilan 32 minggu sampai terjadi kelahiran.
Untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya komplikasi pada kehamilan tetapi selain dari pemeriksaan ANC yang teratur kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan konseling tentang pola nutrisi, beban pekerjaan, tanda-tanda bahaya, pola eliminasi, pola hidup sehat dan lain-lain.
§  Imunisasi TT
Dari data yang didapat imunisasi TT tidak ditanyakan, padahal imunisasi TT hatus ditanyakan supaya si ibu dan bayinya dapat perlindungan terhadap penyakit Tetanus Toksoid. " menurut saepudin,dkk,2004 dokumentasi kebidanan"  TT 1 ANC kunjungan 1,pelindungan 0,persentasi pelindungan 0, TT2 4minggu setelah TT1,lama perlindungan 3 tahun,persentasi perlindungan 80, TT3 6bulan setelah TT2,lama perlindungan 5 tahun,persentasi perlindungan 95,Tt4 1tahun setelah TT3,lama perlindungan 10 tahun,persentasi perlindungan 99.TT5 1tahunsetelah TT4,lama perlindungaan 25tahun (seumur hidup),perentasi perlindungan 99.(tidak ada hubungannya dengan kasus)
4.      Riwayat kehamilan yang lalu
Pada kasus ini pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah keguguran dan ini merupakan kehamilan yang pertama, dalam Buku Obstetri Fisiologi riwayat kehamilan yang lalu perlu ditanyakan misalkan kehamilan, persalinan nifas dan anak, karena pernyataan ini sangat mempengaruhi prognosa persalinan dan pimpinan persalinan, karena jalannya persalinan  yang lampau adalah hasil ujian – ujian dari segala factor yang mempengaruhi persalinan.(tidak ada kaitannya antara teori dengan kasus)
5.      Riwayat haid
Pada kasus pada riwayat menstruasi ditanyakan tentang menarce, siklus, banyaknya, dismenor, dan lamanya haid.” menurut buku Obstetri Fisiologis mencantumkan bahwa riwayat haid yang perluditanyakan adalah menarce, siklus, banyaknya darah yang keluar, dismenor atau tidak, dan lamanya haid”.haid terakhir, teratur tidaknya haid, dan siklusnya dipergunakan untuk menghitung tanggal persalinan.

6.      Riwayat kesehatan/ penyakit yang diderita sekarang dan lalu
Pada kasus pasien tidak mempunyai riwayat penyakit Hipertensi, pada buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirahardjo ada kemungkinan bila pasien pada kehamilan yang terdahulu mengalami hipertensi dapat dicurigai kehamilan yang selanjutnya akan mengalami hipertensi pula.(tidak ada kesesuaian antara teori dengan kasus karena pada kasus didapat bahwa pasien tidak mempunyai  riwayat penyakit Hipertensi).
7.      Riwayat keluarga kesehatan / penyakit yang diderita sekarang dan lalu
Pada kasus ini tidak ditanyakan riayat kesehatan / penyakit yang diderita sekarang dan lalu pada keluarga, padahal itu sangat penting karena ada beberapa penyakit yang dapat diturunkan seperti asma, ginjal, hipertensi atau penyakit menular karena” hipertensi merupakan salah satu nya pada buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo mengatakan bahwa faktor hipertensi salah satunya adalah riwayat keluarga.(tidak ada kesesuaiyan antara kasus dan teori karena pada kasus tidak ditanyakan riwayat penyakit dan kesehatan keluarga)
8.      Riwayat social ekonomi
Pada kasus ini belum lengkap karena ada beberapa hal yang belum ditanyakan seperti respon ibu dan keluarga terhadap kehamilannya, dukungan keluarga, tempat dan petugas untuk membantu persalinannya semua itu penting dilakukan supaya apakah kehamilannya benar- benar di inginkan atau tidak?, dan apakah ibu ingin bersalin dibantu oleh petugas kesehatan atau bukan.
9.      Pola kebiasaan sehari hari
·         Pola istirahat
Dalam kasus ini tidak terdapatistirahat, padahal seharusnya ditanyakan karena oedema bisa terjadi karena ibu kurang istirahat dan beban kerjapun mempengaruhi terhadap terjadinya preeklamsi.
·         Kebiasaan hidup sehat
Dalam kasus pasien mengatakan tidak merokok. Pada buku ajaran bidan mencantumkan bahwa merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan dapat menaikan tekanan darah.(tidak ada kesesuian antara teori dan kasus karena pada kasus inipasien  tidak merokok)
·         Pola asupan nutrisi
Pada kasus ini tidak dicantumkan pola makan dan minum, padahal pada http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/gizi/0301/23/gizi.htm ada beberapa makanan yang dapat menyebabkan hipertensi seperti dalam memasak terlalalu banyak menggunakan garam dan penyedap makanan. Natrium memegang peranan penting terhadap timbulnya hipertensi. Natrium dan klorida merupakan ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. 
·         Pola hubungan sekasual
Pada kasus ini tidak ditanyakan padahal itu penting karena pada sperma terdapat prostaglandin yang dapat menyebabkan kontraksi uterus dan dapat menyebabkan persalinan premature.
B.     Data objektif

1.      Keadaan umum     :baik
2.      Kesadara               :composmentis
3.      Antopometri : pada kasus ini tidak ditanyakan berat badan yang lalu maupun yang sekarang seharusnya ditanyakan karena menurut “buku Obstetri Fisiologis walaupun prognosa kehamilann dan persalinan  bagi orang gemuk kurang baik dibandingkan dengan orang yang normal beratnya, dalam menimbang seseorang bukan beratnya saja yang penting, tapi lebih penting lagi perubahan setiap kali ibu itu memenrikasakan diri. Berat badan  dalam triwulan ke- III tidak boleh tambah lebih dari 1kg semingu atau 3kg sebulan. Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut diatas disebaabkan oleh penimbunan (retensi) air dan disebut praoedema.(tidak ada kesesuaian antara kasus dan teori Karen pada kasus tidak ditanyakan tentang Berat Badan baik sekarang ataupun yang lalu)
4.      TTV                       :ND     :150/110 mmHg, pada buku ilmu kebidanan menyebutkan bahwa preeklamsiberat bila keadaan tekanan darahnya sistolok ≥160 mmHg dan tekanan diastolik ≥110mmHg. (tidak ada kesesuaiyan antara kasus dan teori karena pada kasus tekanan darah pasien 150/110 mmHg) tetapi yang menguatkan diagnose preeklamsi berat yaitu ditemukannya protein urin POS lebih dari 2.
5.       Pemeriksaan fisik :
·         Muka   :pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan muka, padahal dalam buku Obstetri Fisiologis mengatakan preeklamsi maupun eklamsi terdapat pembengkakan pada daerah tangan dan muka.

·         Abdomen :pada kasus dilakukan pemeriksaan seperti melakukan isnsfeksi bada buku Obstetri Fisiologis dilakukan pemeriksaan. Apakah perut membesar kedepan atau kesamping, pigmentasi linea nigra, Nampakah pergerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gavidarum atau bekas luka.

-pada kasus pasien tidak terdapat luka bekas operasi dan uterus membesar
-pemeriksaan LP: 113 lingkar perut dilakukan yaitu untuk menilai apakan bayi besar atau tidak.
-TFU:42 menurut Ostetri Fisiologis pengukuran TFU dilakukan untuk mengetahui tuanya kehamilan.TFU lebih dari usia kehailan dapat dicurigai bayi besar, polyhibdarmnion, dan gemeli.
Pada buku Ostetri Fisiologis cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri atas 4 bagian:
-leopold 1: pada kasus tidak dilakukan pemerikasaan Leopold 1 padahal itu harus dilakukan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat di fundus uteri. Caranya kaki pasien dibengkokan pada lutut dan lipat paha, pemeriksaan berdiri disebelah kana atau kiri pasien, dan melihat kearah muka pesien, tingginya Fundus uteri ditentukan. Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus. Sifat kepala adalah keras, bundar dan melenting. Sifat bokong lunak, kurag bundar dan kurang melinting. Pada letang lintang fundus uteri kosong.
-leopold II: Pada bagian kanan ibu terdapat keras panjang seperti papan (punggung), dan pada bagian kiri ibu teraba keras, panjang seperti papan (punggung)/puka puki.pada buku Ostetri Fisiologis bahwa Leopold II terutama untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana letaknya bagian- bagian kecil dari janin.
-leopold III: pada bagian bawah teraba lunak, kurang melenting (bokong), tidak bisa digerakan. Ostetri Fisiologis bahwa Leopold II terutama untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana letaknya bagian- bagian kecil dari janin.
-lepold IV: kepala sudah masuk PAP, difergent 3/5, pada buku Obstetri Fisiologis Leopold IV untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian bawah kedalam rongga panggul.
·          Ekstremitas :atas dan bawah -/+, menurut buku Obstetri Fatologi mengatakan bahwa pada kasus preeklamsi terdapat pembengkakan pada daerah ekstremitas. (sesuai dengan teori karena pada kasus pasien mengatakan mengalami bengkak sudah satu bulan).
6.      Pemeriksaan laboratorium
Dari data objektif terdapat hasil data penunjang yaitu protein urin ibu POS(+++), sesuai dengan teori karena menurut “buku Ilmu Kebidanan Sarwono prawirohardjo  bahwa dikatakan preeklamsi berat bila didalam protein urin terdapat hasil POS (+ lebih dari2)

C.     Analisa
            Menurut Sarwono Prawiraharjdo padabuku Ilmu Kebidanan, diagnose dapat ditegakan dari beberapa hasil pemeriksaan diantaranya hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan anjuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada data subjektif ditemukan keluhan utama seperti sudah satu bulan mengalami bengkak- bengkak dan tekanan darahnya naik. Kemudian dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan luar terdapat pembengkakan pada daerah ekstremitas  tekanan darah tinggi dan bagian terendah janin sudah masuk PAP, dan hasil pemerikasaan leb bahwa protein urine POS(+++) dan kadar Hb 11,3 gram%. Analisa yang ditentukan disesuaikan dengan hasil pengkajian dari data subjektif dan data objektif yang ditemukan. Dimana dari data yang ada, dapat ditegakan diagnose G1P0A0 gravida 35-36 minggu dengan preeklamsi berat dan anami ringan, janin gemelli hidup intra uterin. Dan masalah potensial yang akan terjadi adalah pada ibu akan terjadi Eklamsi dan pada janin akan mengakibatkan asfiksia,dan menyebabkan mortalitas perinatal karena pada preeklamsi peredaran darah ke uterus dan plasenta kurang memadai sehingga anak akan kekurangan O2.
D.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sudah sesuai dengan teori karena pada kasus ini dalam penatalak sanaannya pasien diberikan drip MgS04 sehingga pasien tidak mengalami kejang, sesuai dengan teori “pada buku Ilmu Kebidanan Sarwono prawirohardjo di cantumkan pada kasus preeklami berat obat yang diberikan yaitu obat antikejang  seperti MgSO4.
Pemberian MgSO4 per IV
1.      Dosis awal 4 gram (20 cc MgSO4 20%) dalam 100 cc RL
2.      Dosis pemeliharaan 10 gram (50 cc MgSO4 20% ) dalam 500 cc cairan RL 20-30 gtt/ menit.
Tetapi dalam kasus ini tidak dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengerti atau tidak dengan tindakan atau asuhan yang kita lakukan.

Selain kesesuaiyan serta elengkapan dokumentasi yang ditemukan dilapangan, penulis juga akan mengkaji mengenai konsep dari penulis dikumentasi itu sendiri, diantaranya adalah megenai:
a)      Tulisan yang kurang begitu jelas, sehingga penulis mengalami kesulitan dalam mengkonversikan data yang telah ada dalam dalam format pendokumentasisan SOAP. Pada buku ajuan prinsip dalam aplikasi kebidanan (Iyer dan Camp, 1999) yaitu, tulisan yang jelas dan rapi akan menghindari kita dari kesalahan persepsi. Selain itu, dapat menunjang tujuan dari pendikumentasian, yaitu terjalinnya komunkasi dengan tim tenaga keshatan lain. Tulisan yang tidak jelas dan tidak rapi akan menim bulkan kebingungan serta menghabiskan banyak waktu untuk dapat memahaminya. Lebih banyak lagi dapat menimbulkan cedera pada pasien jika ada informasi penting  yang disalah artikan akibat ketidak jelasan tulisan tangan.
b)      Data yang didapat dilapangan kurang lengkap, sedangkan syarat pendokumentasian salah satunya adalah kelengkapan. Karena dokumentasi bertujuuan untuk menyampaikan informasi penting tentang pasien. Rekam medis dipergunakan dalam pendokumentasian kebidanan untuk memenuhi kewajiban propesi secara propesional dalam mendokumentasikan informasi penting. Data dalam catatan tersebut seharusnya berisi informasi spesifik yang menggambarkan tentang kondisi pasien.













BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengelolaan data sekunder yang peneliti dapatkan dilapangan pada ny.D G1P0A0 gravida 35-36 minggu dengan preeklamsi berat di RSU dr.Slamet Garut april 2011, penulis dpat m enarik kesimpulan bahwa:
 Pada kasus preeklamsi berat salah satunya sering terjadi pada primigravida,dan kehamilan multiple atau kembar. Pada kasus ini pasien mengagu hamil yang pertama dan dalam pemeriksaan Leopold 2 teraba puka dan puki itu menunjukan bahwa ini merupakan kehamilan ganda. Pada kasus bayinya mengalami prematuritas dan BBLR; dimana dikatakan prematuritas terjadi  karena usia kehamilannya kurang dari 37 minggu dalam buku Obstetri fisiologis, dikatakan premature bila usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi kurang dari 2500 gram.Pada kasus ini BBLR bisa terjadi karena merupakan kehamilan ganda ,dalam buku Obstetri Williams pada kehamilan ganda biasanya bayi yang dilahirkan berat badannya lebih kecil dari normal. Dan disarankan untuk melakukan pemeriksaan USG digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan bayi dan air ketuban setiap bayi. Bayi kembar dapat mengalami perbedaan berat badan yang nyata yang satu lebih besar dari pada yang lain . Ini bisa disebabkan oleh perbedaan fungsi plasenta atau adanya fenomena trasfusi pada kedua janin atau disebut dengan TTS (twin – twin transfungsionsindrome). Bayi yang mengambil darah dari bayi satunya lagi akan memiliki berat yang lebih besar dari pada bayi yang diambil darahnya. TTS ini bisa terjadi pada kembar identik dimana bayi tersebut memiliki 1 plasenta.(pada kasus ini terdapat kesesuaian antara teori dan kasus) .

5.2. saran
1.      Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat mendeteksi dini penyakit berdasarkan keluhan yang dirasakan ibu lebih awal, sehingga dapat dicegah sedini mungkin.
2.       Bagi rumah sakit
Melakukan penanganan preeklamsi dan eklamsi dengan tepat sehingga dapat menurunkan kematian akibat penyakit tersebut.
3.      Bagi ibu hamil
Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin minimal 4 kali selama hamil untuk mendeteksi preeklamsi sedini mungkin dan, menhindari  terjadinya eklamsi.















DAFTAR FUSTAKA


1.      Malik, Abdul Saepuddin. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD. 1984.Obstetri Patologi. Bandung :Elatar Offset.
2.      Bagian Obstetri  dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD.1989.Ostetri Patologi.Bandung: Eleman.
3.      Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD. 2004.Obstetri Patologi Edisi 2.. Jakarta: EGC.
4.      Bagian Obstetrik dan Ginekologi FKUI. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta :YBPSP.
5.      Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD.1983.Obstetri Fisiologi. bandung :Eleman.
6.      Cunningham, F gary. 1999.”Obstetri williams ( williams Ostetric)”.Jakarta:EGC
7.      Mochtar, Rustam, 1998.Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2.Jakarta:EGC, halaman 201-203
8.      Neville, Hacker. 2001. Esensial Obstetri dan Ginek Edisi 2. Jakarta: Hipokrates .
9.      Tulaika, Lily.2008. Kehamilan Seri Asuhan Kebidanan .Jakata: EGC.
10.  Gsianturi,2003.Cegahhipertensi dengan pola makan. Bandung :